Valentine itu sendiri adalah sebuah
paradox. Kenapa?
Coba ditelaah,
betapa tragisnya Santo Valentinus yang dipancung
mati karena mencintai. Membuat kematiannya yang menyedihkan, menjadi sebuah
perayaan cinta yang penuh kasih sayang. 1 hari yang dispesialkan diantara 364
lainnya, dimana milyaran Val Day’s card terkirim. Diiringi Coklat. Bunga.
Momen. Cinta. Sementara itu, ada
beberapa orang yang merasa
benci, dendam, and “I’m sick with all these valentine's things”-feeling.
Familiar dengan obrolan seperti di
bawah ini?
a. Valentine
itu harusnya dirayain setiap hari,
perayaan kasih sayang kan bukan cuma di 14
februari. (Aulia, 25,
customer service bank swasta)
b. Valentine
itu budaya sekuler, sama sekali tidak mencerminkan
ketimuran. (Gita, 48, aktivis LSM agama)
c. Cara hemat paling hebat adalah
tidak punya pacar di hari Valentine (Wirya, 16, pelajar SMA)
d. Valentine?
coklat? cliche. Masih
banyak hal lain, yang
lebih pantas untuk dibahas. (Wawan, 22,
mahasiswa kritis yang belum lulus skripsi)
**nama dan pekerjaan (mungkin) direkayasa
Belum lagi beberapa
orang yg terbebani ketika tibanya event
ini, mereka yg
trauma entah karena putus/diselingkuhi, mereka yg muak karena sudah belasan tahun lamanya menjadi fakir
cinta, mereka yang
terjebak cinta platonik, mereka yang bahkan sudah
lupa apa itu kasih sayang karena kesibukannya yang totally
in business. Entah
kenapa, keberadaan 1 hari ini, seakan-akan
menjadi beban tambahan maha berat yang harus mereka emban. Dan, faktanya ada beberapa gerakan
di masyarakat kita,
Indonesia, yang bertajuk “Kelompok Anti-Valentine”. Yang demo sana-sini dan gembar-gembor
di social media. Entah ini bentuk revolusi keagamaan, nasionalisme buta atau
sekedar unjuk ego bahwa dirinya ekstrimis anti mainstream. Errrm.
Tapi beside all of those things, siapapun anda, apapun
background anda, perspektif
hidup anda, celebrating this once a year event, isn’t
that bad kan? Jadi
pasangan yang
romantis dadakan misalnya,
atau sekedar memberi coklat ke someone
special. Dan
bukankah memang human nature manusia yang selalu ingin menselebrasi sesuatu.
Mereka bilang a milestone! Mereka bilang moment! Dan, menurut saya pribadi, yang
namanya momen, ya harus dirayakan. Karena beberapa momen tak akan bisa terulang
lagi. Beberapa momen akan menjadi, kenangan pribadi, yang nanti bisa kita ceritakan
ke anak cucu kita berulang-ulang kali.
Nah, berbicara
tentang selebrasi, tepat tanggal 14 kemarin, Hitman System bersama beberapa
brotherhood cell di masing-masing kota, sama-sama #merayakancinta. Sebuah event
yang brilliant menurut saya. Konsepnya sederhana, membagikan free chocolates ke
randomly people/strangers. Dan kerennya, acara ini diadakan serempak di
beberapa kota. Adalah dante, aldy, rise, jazz, vein, trev, simp, freedo, fix, dee,
sieg, dan saya sendiri flow yang kebagian untuk #merayakancinta di Bali. Awalnya
kami (Espada, Hitman System's Brotherhood Cell in Bali) sempat bingung, karena bisa dibilang ini adalah event pertama kami. Bahkan,
sempet putus asa kalau-kalau acara ini gagal. Faktanya, karena kesibukan masing-masing, kami sendiri terkadang susah untuk
mengatur jadwal untuk sekedar kumpul atau ngopi. Tapi ternyata, we can solve
them. Mulai- dari rapat ngarol-ngidul tertanggal 1 Februari 2013, di Jco
Denpasar Junction selama hampir 4 jam -sampai akhirnya diputuskan, kalau kita akan mesen "coklat
jadi" (alias beli). Sehingga yang perlu dipersiapkan hanyalah event concept, suitable
venue dan dress code saat membagikan coklatnya nanti. Dan........................
Boom! Ternyata tepat
4 hari kemudian, anak-anak sepakat untuk membuat coklat sendiri. Saya cukup speechless
dengan ide “bikin coklat” ini. "Bro, bikin coklat, bro. 400 coklat!!" "Gilak!" Dan memang, membuat coklat taklah
semudah memakannya. Susah. Ribet. Apalagi kita cowok semua. (denial detected).
Namun, entah dapet tekad darimana, si
Dante, belajar semalaman ttg masak-memasak coklat ini (katanya sih belajar dari
Youtube). Dan ditemukanlah, teknik Mencairkan coklat dengan uap air mendidih. Teknik ini haruslah dieksekusi dengan perlahan-lahan dan penuh perasaan,
apabila dilakukan terlalu lama risiko coklatnya jadi terlalu pait. Terlalu sebentar, risiko
coklatnya ngga mau kebentuk bagus ketika nanti proses pembekuan. Syetan!
Oke ide
bikin coklat ternyata, ngga selesai di proses “bikin coklatnya”. Ada 1 hal yang
kita lupa, Packaging. Mungkin beberapa orang berpikir, bagian ngemas-ngemas
gini lebih mudah dan cepet ketimbang bikin coklatnya. Beberapa orang itu salah
besar, justru KEBALIK. 4 hari lebih waktu kita habis di proses packaging. Totally trial
and error. Mulai dari masang aluminium foilnya, plastik mika-nya, isolasinya, pitanya,
kertas quotes-nya, dll. Tapi, honestly, ini semua
dilakukan dengan fun dan penuh sorak-sorak-bergembira. Justru disinilah terasa sekali yang namanya momen, ketawa
bareng di basecamp, ejek-ejekan, nyanyik bareng, mamam bareng, tidur bareng, ngebully
kucing, mendadak curhat, mendadak kritis, mendadak melankolis. Haha..
Well, setelah
menjalani hari-hari yang melelahkan, kurang tidurlah, nyolong-nyolong jam
istirahat siang kantorlah, mengurungkan niat buat ngedate-lah, blah, blah, demi event ini. Akhirnya the “D-Day” is come. Dan finally kita bisa bikin kira-kira 200pcs coklat, yang di awal kita targetkan, bisa mencapai angka 400 (meleset dikit sih :p). Tapi, meskipun begitu, kita cukup puas dengan pencapaian tersebut. Dan mungkin ini bakal menjadi momen yang bakal teramat susah untuk dilupakan. Banyak pelajaran yang kita dapat, banyak kebahagiaan yang kita bagi, dan juga banyak kasih sayang yang dihasilkan. Curious? Silahkan, lihat sendiri videonya, di bawah ini. Enjoy!
So, celebrating this once a year event, isn’t that bad kan?