Sunday, February 17, 2013

Valentine itu sendiri adalah sebuah paradox. Kenapa? Coba ditelaah, betapa tragisnya Santo Valentinus yang dipancung mati karena mencintai. Membuat kematiannya yang menyedihkan, menjadi sebuah perayaan cinta yang penuh kasih sayang. 1 hari yang dispesialkan diantara 364 lainnya, dimana milyaran Val Day’s card terkirim. Diiringi Coklat. Bunga. Momen. Cinta. Sementara itu, ada beberapa orang yang merasa benci, dendam, and “I’m sick with all these valentine's things”-feeling.


Familiar dengan obrolan seperti di bawah ini?
a.  Valentine itu harusnya dirayain setiap hari, perayaan kasih sayang kan bukan cuma di 14 februari. (Aulia, 25, customer service bank swasta)
b.  Valentine itu budaya sekuler, sama sekali tidak mencerminkan ketimuran. (Gita, 48, aktivis LSM agama)
c.  Cara hemat paling hebat adalah tidak punya pacar di hari Valentine (Wirya, 16, pelajar SMA)
d.  Valentine? coklat? cliche. Masih banyak hal lain, yang lebih pantas untuk dibahas. (Wawan, 22, mahasiswa kritis yang belum lulus skripsi)
**nama dan pekerjaan (mungkin) direkayasa


Belum lagi beberapa orang yg terbebani ketika tibanya event ini, mereka yg trauma entah karena putus/diselingkuhi, mereka yg muak karena sudah belasan tahun lamanya menjadi fakir cinta, mereka yang terjebak cinta platonik, mereka yang bahkan sudah lupa apa itu kasih sayang karena kesibukannya yang totally in business. Entah kenapa, keberadaan 1 hari ini, seakan-akan menjadi beban tambahan maha berat yang harus mereka emban. Dan, faktanya ada beberapa gerakan di masyarakat kita, Indonesia, yang bertajuk “Kelompok Anti-Valentine”. Yang demo sana-sini dan gembar-gembor di social media. Entah ini bentuk revolusi keagamaan, nasionalisme buta atau sekedar unjuk ego bahwa dirinya ekstrimis anti mainstream. Errrm.


Tapi beside all of those things, siapapun anda, apapun background anda, perspektif hidup anda, celebrating this once a year event, isn’t that bad kan? Jadi pasangan yang romantis dadakan misalnya, atau sekedar memberi coklat ke someone special.  Dan bukankah memang human nature manusia yang selalu ingin menselebrasi sesuatu. Mereka bilang a milestone! Mereka bilang moment! Dan, menurut saya pribadi, yang namanya momen, ya harus dirayakan. Karena beberapa momen tak akan bisa terulang lagi. Beberapa momen akan menjadi, kenangan pribadi, yang nanti bisa kita ceritakan ke anak cucu kita berulang-ulang kali.


Nah, berbicara tentang selebrasi, tepat tanggal 14 kemarin, Hitman System bersama beberapa brotherhood cell di masing-masing kota, sama-sama #merayakancinta. Sebuah event yang brilliant menurut saya. Konsepnya sederhana, membagikan free chocolates ke randomly people/strangers. Dan kerennya, acara ini diadakan serempak di beberapa kota. Adalah dante, aldy, rise, jazz, vein, trev, simp, freedo, fix, dee, sieg, dan saya sendiri flow yang kebagian untuk #merayakancinta di Bali. Awalnya kami (Espada, Hitman System's Brotherhood Cell in Bali) sempat bingung, karena bisa dibilang ini adalah event pertama kami. Bahkan, sempet putus asa kalau-kalau acara ini gagal. Faktanya, karena kesibukan masing-masing, kami sendiri terkadang susah untuk mengatur jadwal untuk sekedar kumpul atau ngopi. Tapi ternyata, we can solve them. Mulai- dari rapat ngarol-ngidul tertanggal 1 Februari 2013, di Jco Denpasar Junction selama hampir 4 jam -sampai akhirnya diputuskan, kalau kita akan mesen "coklat jadi" (alias beli). Sehingga yang perlu dipersiapkan hanyalah event concept, suitable venue dan dress code saat membagikan coklatnya nanti. Dan........................



Boom! Ternyata tepat 4 hari kemudian, anak-anak sepakat untuk membuat coklat sendiri. Saya cukup speechless dengan ide “bikin coklat” ini. "Bro, bikin coklat, bro. 400 coklat!!"  "Gilak!" Dan memang, membuat coklat taklah semudah memakannya. Susah. Ribet. Apalagi kita cowok semua. (denial detected).  
Namun, entah dapet tekad darimana, si Dante, belajar semalaman ttg masak-memasak coklat ini (katanya sih belajar dari Youtube). Dan ditemukanlah, teknik Mencairkan coklat dengan uap air mendidih. Teknik ini haruslah dieksekusi dengan perlahan-lahan dan penuh perasaan, apabila dilakukan terlalu lama risiko coklatnya jadi terlalu pait. Terlalu sebentar, risiko coklatnya ngga mau kebentuk bagus ketika nanti proses pembekuan. Syetan!


Oke ide bikin coklat ternyata, ngga selesai di proses “bikin coklatnya”. Ada 1 hal yang kita lupa, Packaging. Mungkin beberapa orang berpikir, bagian ngemas-ngemas gini lebih mudah dan cepet ketimbang bikin coklatnya. Beberapa orang itu salah besar, justru KEBALIK. 4 hari lebih waktu kita habis di proses packaging. Totally trial and error. Mulai dari masang aluminium foilnya, plastik mika-nya, isolasinya, pitanya, kertas quotes-nya, dll. Tapi, honestly, ini semua dilakukan dengan fun dan penuh sorak-sorak-bergembira. Justru disinilah terasa sekali yang namanya momen, ketawa bareng di basecamp, ejek-ejekan, nyanyik bareng, mamam bareng, tidur bareng, ngebully kucing, mendadak curhat, mendadak kritis, mendadak melankolis. Haha..


Well, setelah menjalani hari-hari yang melelahkan, kurang tidurlah, nyolong-nyolong jam istirahat siang kantorlah, mengurungkan niat buat ngedate-lah, blah, blah, demi event ini. Akhirnya the “D-Day” is come. Dan finally kita bisa bikin kira-kira 200pcs coklat, yang di awal kita targetkan, bisa mencapai angka 400 (meleset dikit sih :p). Tapi, meskipun begitu, kita cukup puas dengan pencapaian tersebut. Dan mungkin ini bakal menjadi momen yang bakal teramat susah untuk dilupakan. Banyak pelajaran yang kita dapat, banyak kebahagiaan yang kita bagi, dan juga banyak kasih sayang yang dihasilkan. Curious? Silahkan, lihat sendiri videonya, di bawah ini. Enjoy!




So, celebrating this once a year event, isn’t that bad kan?

Blogroll

 

Copyright 2010 tercerahkan dalam alinea.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.